Iklan

Maulid Simtudduror.

AKTUAL NUSANTARA
Sabtu, 01 Januari 2022, 10.17.00 WIB Last Updated 2023-05-31T14:58:49Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini

Pemuda Jam'iyah Sumeleh Desa Kendalrejo Petarukan Menyambut Perubahan Tahun Baru 2022 dengan membaca Maulid Simtudduror.

PEMALANG, Berita Patroli - Pergantian tahun merupakan peristiwa biasa, tak ubahnya seperti pergantian siang dengan malam. Bagi sebagian orang, fenomena tersebut membuat mereka sadar bahwa segala sesuatu pasti akan berakhir. Orang-orang yang demikian akan mempergunakan waktu dan kesempatan yang ada dengan sebaik mungkin, hingga mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk menyongsong hari esok. Maka sungguh aneh jika ada sebagian saudara kita yang larut dalam euforia ketika menyambut pergantian tahun, hanya lantaran ingin melihat jarum jam berada di angka 00:00.


Pada Jumat, 31 Desember 2021, Perkumpulan Pemuda di Desa Kendalrejo Petarukan "Jam'iyah Sumeleh" di Masjid Jami'nurul Mubin mengadakan kegiatan "Maulid Simtududduror" yang patut untuk dijadikan contoh pemuda dimasa sekarang, kegiatan ini yg dihadiri dari anggota Jam'iyah, pengurus, dan  pemuda Masjid Jami'nurul Mubin. 

Tutur salah satu penggiat Jam'iyah kegiatan ini dilakukan rutin disetiap pergantian Tahun baru, dengan tujuan menambah rasa syukur kita kepada sang Pencipta yang telah memberikan nikmat di tahun-tahun sebelumnya supaya di tahun mendatang agar lebih baik dengan segala keberkahannya.


Menyambut tahun baru, sebagian Pemuda banyak menggunakan waktunya untuk bersenang - senang seperti konvoi motor, sampai berpesta miras dan sebagainya, inilah gambaran kegiatan seperti tersebut diperlihatkan di malam pergantian tahun baru yang tidak patut untuk dicontoh.


Anehnya lagi, hal ini diapresiasi oleh sebagian orang tua, bahkan di antara mereka ada yang merestui dan berpartisipasi di dalamnya. Sementara itu, jika ada orang tua yang melarang anaknya untuk ikut dalam euforia pergantian tahun, maka mereka akan mendapat ejekan dari temanya. Bahkan tak jarang mereka dilabeli sebagai orang tua yang kolot dan ndeso, sehingga anaknya di-bully dan tidak mendapat tempat di hati kawan-kawannya. Inilah zaman edan!


Tidak bermakna Pergantian tahun bukanlah sesuatu yang krusial yang dapat mengubah begitu saja kehidupan para penyambutnya, Jika ini tidak diisi dengan niat dan gebrakan baru, semangat baru, perilaku baik, budi pekerti yang luhur dan amal saleh, serta wawasan baru dan perubahan positif dalam usaha mencapai cita-cita dan tujuan hidupnya, maka pergantian tahun baru tersebut tidak bermakna apa-apa kecuali hanya sekadar berpesta-pora, melakukan perilaku mubazir yang jauh dari tuntunan agama.


Kalau kita renungi secara akal sehat, merayakan pergantian tahun tidak banyak mendatangkan manfaat buat diri kita kecuali hanya perilaku mubazir, boros, hura-hura, menghabiskan waktu dan energi, mengundang perbuatan maksiat, dapat mengganggu waktu istirahat dan kenyamanan orang lain yang dicela oleh agama, karena dapat membentuk pribadi boros, lupa diri dan mengabaikan rasa syukur kepada Allah atas segala karunia-Nya.


Inilah satu hikmah pergantian tahun, selayaknya ia semakin menyadarkan kita bahwa hidup ini hanya sementara sehingga dapat memicu kita untuk lebih dekat dengan Allah, ini juga ajang motivasi diri untuk selalu bermuhasabah, dan mengingat kesalahan serta dosa apa yang telah diperbuat selama ini. Karena betapa pun panjangnya usia kita, namun yang namanya kematian pasti akan datang, maka persiapkan bekal untuk itu dan “sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang usianya dan baik amalnya”.


Patut bersyukur Oleh Karena itu, kita patut bersyukur karena masih diberikan kesempatan hidup dan insya Allah bertemu dengan tahun baru 2022, sejatinya memiliki semangat baru, dan mengisi lembaran-lembaran yang setiap tahun kita tutup untuk kemudian membuka lagi dengan lembaran baru dan semangat baru pada tahun berikut. Lembaran-lembaran itu adalah sejarah hidup kita yang amat rinci, dan itulah kelak yang akan diberikan kepada kita baik sebagai individu maupun masyarakat untuk dibaca dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT, “Bacalah lembaran (kitabmu), cukuplah engkau sendiri hari ini yang melakukan perhitungan atas dirimu.” (QS. Al-Isra`: 14).


Dengan demikian, kita perlu belajar dari masa lalu untuk mengintrospeksi diri, karena kesadaran untuk belajar dari masa lalu dapat mengantar kepada perbaikan dan peningkatan kualitas diri. Maka kita patut bertanya kepada diri masing-masing; Sudahkah benar-benar bertakwa kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya? Bersikap baik dan santun kepada siapa pun tanpa memandang status sosialnya.

® A Heri W

BERITA PATROLI 

Komentar

Tampilkan

Terkini